Dark Mode Light Mode
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru
Panduan Belajar SEO Untuk Pemula Step By Step Terbaru

Bounce Rate: Definisi, Cara Kerja + 3 Fakta Terbaru

Bounce Rate Adalah Bounce Rate Adalah

Bounce rate adalah metrik yang digunakan untuk mengukur persentase pengunjung situs web yang meninggalkan halaman tanpa melakukan interaksi lebih lanjut.

Interaksi ini mencakup aktivitas seperti mengklik tautan, mengisi formulir, atau berpindah ke halaman lain di dalam situs.

Apa Itu Bounce Rate?

Dalam konteks digital, bounce merujuk pada situasi di mana pengunjung mengunjungi sebuah halaman di situs web dan meninggalkannya tanpa berinteraksi lebih lanjut, seperti mengklik tautan, mengisi formulir, atau berpindah ke halaman lain.

Apa itu Bounce Rate adalah

Bounce Rate adalah metrik yang mengukur seberapa terlibat pengunjung dengan halaman web, menunjukkan persentase pengguna yang meninggalkan situs tanpa melakukan tindakan apa pun.

Istilah ini sering digunakan dalam analitik situs web, khususnya untuk memahami perilaku pengguna, dan menjadi salah satu indikator penting dalam mengevaluasi efektivitas halaman tertentu.

Berikut adalah tiga alasan mengapa Bounce Rate sangat penting:

  1. Pengunjung yang meninggalkan situs Anda tidak melakukan konversi: Dengan mengurangi bounce rate, Anda dapat meningkatkan tingkat konversi situs Anda.
  2. Bounce Rate dapat digunakan sebagai faktor peringkat Google: Sebuah studi industri menunjukkan bahwa Bounce Rate memiliki korelasi yang erat dengan peringkat halaman pertama di Google.
  3. Bounce Rate yang tinggi menunjukkan adanya masalah pada situs Anda: Hal ini bisa terkait dengan konten yang kurang menarik, pengalaman pengguna yang buruk, tata letak halaman yang tidak optimal, atau penulisan salinan yang kurang efektif.

Dengan memahami dan mengelola Bounce Rate, Anda dapat meningkatkan efektivitas halaman web dan kinerja situs secara keseluruhan.

Cara Kerja Bounce Rate

apa itu Bounce Rate Adalah

Bounce rate dihitung dengan membagi jumlah pengunjung yang hanya membuka satu halaman dengan total kunjungan, lalu dikalikan 100%. Hasilnya adalah persentase bounce rate.

Rumusnya:
(Jumlah pengunjung yang “bounce” ÷ Total pengunjung) × 100%

Contoh:
Jika sebuah situs menerima 1.000 kunjungan, dan 400 di antaranya hanya mengunjungi satu halaman, bounce rate-nya adalah:
(400 ÷ 1.000) × 100% = 40%

Bounce rate biasanya dihitung secara otomatis oleh alat analitik seperti Google Analytics.

Apa Itu “Bounce Rate” yang “Rata-rata”?

Rentang rata-rata Bounce Rate berkisar antara 41% hingga 51%.

Namun, Bounce Rate yang “normal” untuk sebuah situs web sangat bergantung pada industri dan sumber lalu lintas yang mengarah ke situs tersebut.

Sebagai contoh, Custom Media Labs menemukan bahwa jenis situs web yang berbeda memiliki Bounce Rate yang sangat bervariasi.

Sebagai contoh, situs e-commerce memiliki Bounce Rate rata-rata terendah, yaitu antara 20% hingga 45%.

Sementara itu, blog memiliki Bounce Rate yang bisa mencapai hingga 90%.

Jadi, jika Anda ingin mengetahui Bounce Rate yang baik, pastikan untuk membandingkan situs Anda dengan situs lain dalam kategori yang sama.

Selain itu, sumber lalu lintas situs Anda dapat berdampak besar pada Bounce Rate situs Anda.

ConversionXL menemukan bahwa lalu lintas dari email dan referal memiliki Bounce Rate terendah. Sebaliknya, iklan display dan lalu lintas dari media sosial cenderung memiliki Bounce Rate yang sangat tinggi.

Bagaimana Bounce Rate Bekerja di Google Analytics 4?

Perbedaan utama antara Bounce Rate di Universal Analytics (UA) dan Google Analytics 4 (GA4) terletak pada cara pengukuran keterlibatan pengguna.

Di UA, Bounce Rate dihitung hanya berdasarkan interaksi pengguna, sementara di GA4, pengukuran ini mempertimbangkan tampilan halaman, durasi sesi, dan acara konversi. Pendekatan GA4 memberikan pandangan yang lebih komprehensif mengenai keterlibatan pengguna.

Bounce Rate dihitung sebagai persentase sesi yang tidak terlibat. Sebuah sesi dianggap terlibat jika memenuhi salah satu kriteria berikut:

  1. Durasi sesi lebih dari 10 detik
  2. Terjadi acara konversi
  3. Menghasilkan setidaknya dua tampilan halaman atau tampilan layar

Jika sesi tidak memenuhi kriteria ini, maka sesi tersebut diklasifikasikan sebagai tidak terlibat atau bounce.

Oleh karena itu, Bounce Rate di GA4 merupakan kebalikan dari engagement rate.

FiturUniversal AnalyticsGoogle Analytics 4
Waktu sesi berakhirTidak ada10 detik (default)
Interaksi yang mencegah bounceSetiap interaksi setelah pertama kaliAcara konversi atau tampilan kedua
Perhitungan Bounce RateSesi dengan satu tampilan halaman dan tanpa interaksi lebih lanjutSesi yang tidak terlibat

Bounce Rate vs. Exit Rate

Exit Rate mirip dengan Bounce Rate, namun ada perbedaan besar:

  • Bounce Rate adalah persentase orang yang tiba di sebuah halaman dan langsung meninggalkan halaman tersebut.
  • Exit Rate adalah persentase orang yang meninggalkan halaman tertentu, meskipun mereka tidak awalnya tiba di halaman itu.

Sebagai contoh, jika seseorang mengunjungi Halaman A di situs Anda, lalu beberapa detik kemudian menekan tombol kembali di browser, itu dihitung sebagai bounce.

Namun, jika seseorang mengunjungi Halaman A, lalu mengklik Halaman B, dan setelah membaca Halaman B mereka menutup browser, itu bukan bounce di Halaman A, karena mereka telah berinteraksi dengan halaman tersebut.

Meskipun begitu, karena mereka meninggalkan situs Anda dari Halaman B, ini akan meningkatkan Exit Rate untuk Halaman B di Google Analytics.

Jika Anda melihat halaman dengan Exit Rate yang sangat tinggi, itu bisa menjadi masalah yang perlu diperbaiki.

Berikut adalah perbandingan antara Bounce Rate dan Exit Rate dalam bentuk tabel:

FiturBounce RateExit Rate
LingkupHalaman pertama dalam sesiHalaman manapun dalam sesi
TujuanMengukur keterlibatan awalMenunjukkan efektivitas halaman
InterpretasiBounce Rate tinggi pada halaman landing menunjukkan kebutuhan perbaikanExit Rate tinggi pada halaman kontak bisa positif, menunjukkan penyelesaian tugas

Mengapa Pengunjung Meninggalkan Halaman (Bounce)?

Sebelum kita membahas cara mengurangi Bounce Rate, penting untuk memahami alasan utama mengapa pengunjung meninggalkan halaman.

Salah satu alasan utama adalah ketika halaman tidak memenuhi ekspektasi pengunjung. Misalnya, jika seseorang mencari “beli blender dengan pengiriman gratis” dan mengklik iklan yang menawarkan hal tersebut, namun yang muncul justru halaman utama situs alih-alih halaman yang membahas blender.

Tentu saja, pengunjung akan segera kembali ke Google untuk mencari halaman yang lebih relevan.

Selain itu, desain yang tidak menarik juga dapat berkontribusi pada tingginya Bounce Rate.

Pengunjung cenderung menilai sebuah situs dari tampilannya terlebih dahulu, dan jika desainnya buruk, mereka lebih cenderung meninggalkan halaman tanpa berinteraksi lebih lanjut.

Pengalaman pengguna (UX) yang buruk juga menjadi faktor penting.

Meskipun situs Anda terlihat menarik, jika pengunjung kesulitan untuk menavigasi atau membaca konten di halaman, mereka akan segera meninggalkan situs. Memastikan situs Anda mudah digunakan dapat membantu mengurangi Bounce Rate.

Namun, tidak semua bounce itu buruk. Dalam beberapa kasus, pengunjung bisa saja meninggalkan halaman setelah mendapatkan informasi yang mereka cari.

Sebagai contoh, jika seseorang mencari resep terong bakar dan menemukan halaman dengan bahan, instruksi, dan gambar yang lengkap, mereka mungkin menutup halaman setelah memasukkan terong ke dalam oven.

Meskipun ini terhitung sebagai bounce, sebenarnya itu menunjukkan bahwa pengunjung mendapatkan apa yang mereka butuhkan dari situs Anda.

Cara Meningkatkan Bounce Rate Anda

Salah satu faktor yang mempengaruhi Bounce Rate adalah seberapa lama pengunjung bertahan di halaman situs Anda.

Meningkatkan Bounce Rate bukan hanya soal mengurangi pengunjung yang meninggalkan situs, tetapi juga melibatkan cara-cara untuk menjaga perhatian mereka tetap terfokus pada konten Anda.

1. Sisipkan Video YouTube di Halaman Anda

Perusahaan penyedia layanan video, Wistia, menemukan bahwa menambahkan video pada halaman mereka lebih dari dua kali lipatkan rata-rata waktu pengunjung di halaman.

Kami juga mencatat bahwa menyisipkan video dapat menurunkan Bounce Rate dan meningkatkan waktu pengunjung di halaman.

Kami baru-baru ini menganalisis perbedaan Bounce Rate antara halaman yang memiliki video dan yang tidak.

Hasilnya menunjukkan bahwa halaman dengan video memiliki Bounce Rate yang jauh lebih rendah (11%) dibandingkan dengan halaman tanpa video.

Perlu diingat, video yang disisipkan tidak harus video milik Anda sendiri; Anda bisa menyisipkan video dari YouTube yang relevan dengan konten halaman Anda.

2. Gunakan Bucket Brigades

Bucket Brigades adalah salah satu cara terbaik untuk meningkatkan Bounce Rate pada halaman arahan dan posting blog Anda.

Teknik ini efektif untuk menjaga agar pengunjung tetap terlibat dengan konten yang Anda sajikan, mencegah mereka meninggalkan halaman terlalu cepat.

Cara kerjanya adalah sebagai berikut:
Pertama, identifikasi bagian halaman yang kurang menarik atau kurang menggugah minat pengunjung.

Bagian ini sering disebut sebagai “Dead Zones,” karena pengunjung akan cenderung merasa bosan dan akhirnya meninggalkan halaman.

Langkah kedua adalah menambahkan kalimat Bucket Brigade yang dapat menarik perhatian dan menjaga pengunjung tetap fokus pada konten Anda.

Contohnya, pada halaman saya: “In fact:” kalimat ini menarik pembaca untuk melanjutkan ke kalimat berikutnya.

Dengan menambahkan beberapa Bucket Brigades pada konten situs Anda, pengunjung akan lebih tertarik untuk terus membaca, yang pada gilirannya dapat menurunkan Bounce Rate secara signifikan.

Berikut beberapa contoh Bucket Brigades yang dapat Anda coba:

  • Cek ini:
  • Pertanyaannya adalah:
  • Dengan itu…
  • Itu membuat saya berpikir:
  • Dan statistik ini mendukung hal ini:
  • Cerita singkat…

Menggunakan teknik ini dapat membantu mempertahankan perhatian pengunjung lebih lama di situs Anda, yang tentunya akan mengurangi Bounce Rate dan meningkatkan keterlibatan pengunjung.

3. Kecepatan Memuat Halaman

Sebuah analisis Google terhadap 11 juta halaman arahan menemukan bahwa kecepatan memuat yang lambat berhubungan langsung dengan Bounce Rate yang lebih tinggi.

Hal ini seharusnya tidak mengejutkan, mengingat pengguna internet cenderung sangat tidak sabar.

Dengan demikian, berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda terapkan untuk mempercepat waktu muat halaman Anda.

Langkah pertama adalah mengumpulkan data referensi tentang kecepatan situs Anda.

Saya merekomendasikan untuk menggunakan alat gratis dari Google, yaitu PageSpeed Insights. Alat ini memberikan skor kecepatan halaman berdasarkan kode halaman dan seberapa cepat halaman Anda dimuat untuk pengguna Chrome.

Skor ini bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana kinerja situs Anda, namun tidak cukup membantu jika hanya melihat skor tersebut.

Untuk mendapatkan manfaat maksimal dari alat ini, lihat rekomendasi spesifik (disebut “Opportunities”) untuk mempercepat waktu muat halaman Anda. Misalnya, Anda mungkin akan menemukan bahwa masalah kecepatan muat halaman utama kami disebabkan oleh ukuran gambar yang besar.

Setelah Anda mendapatkan skor referensi dan tips untuk peningkatan, ikuti praktik terbaik berikut untuk meningkatkan kecepatan situs Anda:

  1. Kompresi Gambar: Gambar dapat memperlambat waktu muat halaman, namun bukan berarti Anda harus menghapusnya. Gunakan alat kompresi gambar (seperti Kraken Image Optimizer) untuk mengurangi ukuran gambar tanpa mengorbankan kualitas.
  2. Gunakan Penyedia Hosting yang Cepat: Penyedia hosting memengaruhi kecepatan situs Anda. Jika Anda masih menggunakan paket hosting murah, pertimbangkan untuk beralih ke penyedia hosting yang lebih cepat dan dapat diandalkan.
  3. Hapus Plugin dan Skrip yang Tidak Terpakai: Gunakan alat seperti WebPageTest untuk mengevaluasi sumber daya yang memperlambat halaman Anda. Hapus plugin dan skrip yang tidak diperlukan untuk mempercepat waktu muat situs.

Dengan menerapkan langkah-langkah ini, Anda akan meningkatkan kecepatan situs dan mengurangi Bounce Rate yang disebabkan oleh waktu muat halaman yang lambat.

4. Gunakan Template Pengenalan PPT

Banyak orang memutuskan untuk meninggalkan atau tetap berada di halaman Anda berdasarkan apa yang mereka lihat di bagian atas halaman, atau yang sering disebut dengan “above the fold”.

Karena itu, sangat penting untuk menarik perhatian pengunjung segera setelah mereka mengunjungi situs Anda.

Salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan menulis pengenalan yang membuat pengunjung ingin terus membaca.

Secara pribadi, saya sering menggunakan apa yang disebut “Template PPT” yang terbukti efektif.

Data internal kami menunjukkan bahwa template ini sangat baik untuk mengurangi Bounce Rate, dan cara penerapannya pun sangat mudah.

Dalam template ini, huruf pertama “P” dalam “PPT” mengacu pada “Promise” atau janji. Di bagian ini, Anda berjanji untuk memberikan apa yang dicari pengunjung.

Selanjutnya, berikan “Proof” atau bukti yang menunjukkan bahwa Anda dan konten yang Anda tawarkan dapat dipercaya.

Anda bisa mencantumkan pengalaman pribadi, hasil yang dicapai pelanggan, atau pendidikan serta kredensial Anda.

Contoh: Akhiri dengan “Transition”. Transisi ini berfungsi seperti Bucket Brigade, yang mengajak pengunjung untuk menggulir lebih lanjut ke bawah halaman.

Menulis Pendahuluan yang Membuat Pembaca Ingin Terus Membaca

Untuk menarik perhatian pembaca sejak awal, penting untuk menulis pendahuluan yang dapat membuat mereka tertarik untuk melanjutkan membaca.

Saya pribadi sering menggunakan yang disebut dengan “Template PPT” dalam penulisan saya. Berdasarkan data internal kami, template ini sangat efektif dalam mengurangi Bounce Rate dan sangat mudah diterapkan.

Seperti yang Anda lihat, huruf pertama “P” dalam “PPT” mengacu pada “Promise” atau janji.

Di sini, Anda berjanji untuk memberikan apa yang dicari pembaca. Langkah berikutnya adalah memberikan “Proof” atau bukti yang menunjukkan bahwa Anda dan konten yang Anda sajikan dapat dipercaya.

Anda bisa merujuk pada pengalaman pribadi, hasil yang diperoleh dari pelanggan, atau kredensial dan pendidikan Anda.

Contoh: Akhiri dengan “Transition” atau transisi. Transisi ini berfungsi seperti Bucket Brigade yang mendorong pembaca untuk menggulir lebih lanjut.

5. Membuat Konten Mudah Dibaca

Atau seperti yang saya suka katakan:
“Sulit dibaca = tidak akan dibaca.”

Jika konten Anda terlihat seperti ini:

Bounce Rate Anda pasti akan tinggi. Maka, berikut adalah cara untuk membuat konten Anda mudah dibaca (dan di-skim):

  • Banyak ruang putih: Berikan ruang pada konten Anda agar bisa “bernapas”. Gunakan banyak ruang putih di sekitar teks Anda, seperti ini.
  • Paragraf yang mudah dipindai: Pecah paragraf besar menjadi potongan 1-2 kalimat.
  • Font ukuran 15-17px: Ukuran font lebih kecil dari itu akan membuat pengunjung harus memperbesar layar ponsel mereka.
  • Subjudul bagian: Gunakan subjudul untuk memecah konten menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Ini akan mempermudah pembaca untuk skim konten Anda.

6. Memenuhi Intent Pencarian

Google adalah sumber trafik terbesar di dunia maya. Karena itu, sangat penting agar semua halaman konten utama dan halaman arahan Anda dapat memenuhi Search Intent atau niat pencarian.

(Dengan kata lain, halaman Anda harus memberikan apa yang dicari oleh pengguna Google.)

Jika tidak, pengguna Google akan kembali ke hasil pencarian. Halaman yang tidak memenuhi Search Intent tidak hanya buruk untuk Bounce Rate, tetapi juga berdampak negatif pada SEO.

Faktanya, Bounce Rate yang tinggi dan waktu tinggal yang rendah dapat sangat merugikan peringkat Google Anda. Sebagai contoh, kata kunci seperti “tools SEO terbaik” akan menunjukkan daftar alat yang banyak digunakan dan direkomendasikan oleh orang-orang.

Sebaliknya, kata kunci seperti “SEO checker” akan menampilkan alat yang benar-benar digunakan, bukan sekadar daftar favorit seseorang.

Jika saya membuat halaman yang berjudul “15 SEO checker favorit saya,” saya akan memiliki peluang nol untuk mendapatkan peringkat dengan kata kunci ini.

Mengapa? Karena daftar alat tersebut tidak akan memenuhi Search Intent.

Jika Anda ingin mempelajari lebih lanjut tentang Search Intent, saya sarankan untuk membaca studi kasus SEO mendalam ini.

7. Mengubah “Keledai” Menjadi “Unicorn”

Tidak peduli seberapa keras Anda bekerja untuk mengurangi Bounce Rate, pasti ada halaman dengan Bounce Rate yang sangat buruk (“Keledai”) dan ada juga halaman dengan Bounce Rate yang sangat baik (“Unicorn”).

Mengubah “Keledai” menjadi “Unicorn” adalah salah satu cara termudah untuk meningkatkan Bounce Rate secara keseluruhan.

Mari kita uraikan langkah-langkahnya.

Pertama, masuk ke akun Google Analytics Anda dan buka bagian Explore.

Tambahkan Page Title dan Screen Name (atau Page Path) sebagai dimensi, serta Engaged Sessions per User dan Average Engagement Time per Session sebagai metrik.

Sekarang, buatlah filter (seperti perbandingan). Pada Tab Settings, cari opsi Filter dan atur untuk menampilkan halaman yang memiliki Engaged Sessions per User atau Average Engagement Time per Session di bawah rata-rata situs Anda.

Jalankan laporan, dan lihat halaman-halaman dengan metrik yang paling lemah. Itu adalah “Keledai”. Fokuskan perhatian Anda untuk meningkatkan halaman-halaman tersebut, dan Anda dapat melihat perubahan besar pada Bounce Rate situs Anda dalam waktu singkat.

Sebagai contoh, saya melihat bahwa halaman yang berisi daftar statistik SEO memiliki Bounce Rate yang tinggi. Ketika saya melihat halaman tersebut, saya menemukan beberapa cara untuk memperbaiki kontennya.

Misalnya, saya menuliskan 10 statistik langsung setelah bagian pengantar. Saya mungkin akan lebih baik jika menghapus bagian ini agar pembaca bisa langsung masuk ke inti konten.

Selain itu, beberapa paragraf saya terkesan terlalu panjang. Namun, ini semua hanya perkiraan. Tanpa data yang objektif, sulit untuk mengetahui dengan pasti mengapa Bounce Rate halaman tersebut begitu tinggi.

Mungkin itu karena halaman saya tidak memenuhi Search Intent. Atau mungkin kontennya sulit dibaca. Atau, bisa jadi halaman saya terlihat buruk di tablet.

Semua ini hanya dugaan.

Tanpa data pengguna yang nyata, kita tidak akan tahu pasti apa yang terjadi.

Jadi, untuk memahami dengan lebih baik mengapa begitu banyak orang meninggalkan halaman tertentu, Anda perlu menggunakan heatmap.

8. Gunakan Data Heatmap untuk Meningkatkan Halaman Arahan Utama

Heatmap adalah cara yang sangat baik untuk melihat bagaimana orang berinteraksi dengan situs Anda.

(Ini sangat membantu jika Anda ingin mengetahui mengapa begitu banyak orang meninggalkan halaman Anda.)

Ada banyak alat heatmap yang tersedia, tetapi dua yang paling saya sukai adalah CrazyEgg dan Hotjar. Meskipun ada banyak pilihan, semua alat heatmap bekerja dengan cara yang serupa.

Anda hanya perlu menambahkan sedikit kode JavaScript ke situs Anda. Alat tersebut kemudian akan mulai melacak bagaimana pengunjung membaca, mengklik, dan menggulir halaman Anda.

Sebagai contoh, Anda dapat melihat bahwa di halaman ini, banyak orang yang mengklik tautan di bagian atas halaman.

Mendapatkan interaksi pengguna seperti ini di bagian atas halaman adalah cara yang sangat baik untuk mengurangi Bounce Rate.

Di sisi lain, sangat sedikit orang yang berinteraksi dengan sidebar kami. Oleh karena itu, saya mungkin perlu menghapus sidebar sepenuhnya. Jika tidak ada yang mengkliknya, maka sidebar tersebut hanya menjadi gangguan.

Jadi, seperti yang Anda lihat, data heatmap sangat membantu dalam menganalisis perilaku pengunjung dan mengoptimalkan halaman untuk mengurangi Bounce Rate.

9. Menambahkan Tautan Internal ke Halaman Anda

Tautan internal sudah dikenal luas sebagai strategi yang baik untuk SEO, namun mungkin tidak banyak yang menyadari bahwa tautan internal juga dapat membantu mengurangi Bounce Rate.

Kenapa begitu?

Karena tautan internal mengarahkan pengunjung ke halaman lain di situs Anda, yang secara otomatis meningkatkan jumlah tampilan halaman (pageviews).

Selain itu, ketika seseorang mengunjungi halaman lain di situs Anda, mereka tidak lagi dihitung sebagai “bounce”.

Sebagai contoh, saya menggunakan banyak tautan internal di halaman ini. Seperti yang bisa Anda lihat, tautan internal ini tidak dipaksakan atau terlalu banyak. Tautan tersebut dirancang untuk membantu pengguna menemukan konten lain yang relevan di situs saya.

Faktanya, mereka juga membantu Bounce Rate saya dan SEO saya, yang tentunya merupakan keuntungan tambahan. Dengan cara ini, pengunjung tidak akan meninggalkan halaman Anda saat mereka mengklik tautan.

10. Mengagumkan Pengunjung dengan Desain yang Menarik

Sudah saya sebutkan sebelumnya bahwa pengunjung akan meninggalkan halaman yang memiliki desain buruk. Namun, yang tidak saya sebutkan adalah bahwa desain yang menakjubkan bisa membuat pengunjung betah berlama-lama di halaman Anda.

Jadi, jika desain situs Anda hanya “cukup” saja, pertimbangkan untuk berinvestasi pada desain yang lebih baik.

Misalnya, kami menggunakan desain kustom untuk panduan pemasaran email kami. Ketika Anda membandingkan halaman ini dengan posting blog atau artikel biasa, desainnya benar-benar menonjol.

Desain profesional seperti ini adalah salah satu alasan utama mengapa halaman ini memiliki Bounce Rate yang sangat rendah.

11. Gunakan Daftar Isi dengan “Jumplinks”

Untuk mendapatkan tautan dan berbagi sosial pada konten Anda, tidak ada yang lebih baik daripada konten panjang.

Namun, konten panjang memiliki satu masalah besar: sulit untuk menemukan satu tip, strategi, atau langkah tertentu.

Misalnya, daftar teknik SEO ini lebih dari 6500 kata. Ini berarti, menemukan SATU teknik dari posting ini bisa menjadi mimpi buruk bagi pembaca.

Dan jika seseorang tidak dapat menemukan apa yang mereka cari dalam waktu sekitar 3 detik, kemungkinan besar mereka akan meninggalkan halaman.

Nah, di sinilah Table of Contents atau daftar isi berperan.

Daftar isi membantu pengguna langsung menemukan apa yang mereka cari di halaman Anda. Ketika mereka mengklik tautan di daftar isi, mereka langsung melompat ke bagian yang dimaksud.

12. Optimalkan Pengalaman Pengguna di Mobile

Menurut Search Engine Land, 57% dari semua trafik online kini berasal dari perangkat mobile. Jadi, jika Anda ingin memiliki Bounce Rate yang rendah, situs Anda harus bekerja dengan sangat baik di ponsel dan tablet.

Berikut cara untuk mewujudkannya:

  • Periksa Tampilan Situs di Berbagai Perangkat: Gunakan alat gratis seperti Responsinator untuk melihat bagaimana tampilan situs Anda di perangkat mobile yang berbeda.
  • Pengujian Menggunakan Berbagai Perangkat: Gunakan alat seperti BrowserStack untuk memastikan semua tautan dan tombol berfungsi dengan baik di berbagai perangkat.

13. Tautkan ke Postingan dan Artikel Terkait

Jika Anda ingin mencegah orang meninggalkan posting blog Anda, pertimbangkan untuk menautkan ke konten lain dari situs Anda.

Ini mirip dengan tautan internal, tetapi dengan pendekatan ini, Anda menampilkan postingan khusus yang mungkin ingin dibaca pengunjung berikutnya.

Contohnya, blog Drift memiliki bagian “posting terkait” di akhir setiap posting. Ini memberi pengunjung sesuatu untuk dilakukan setelah mereka selesai membaca postingan Anda.

14. Gunakan Pop-up Exit-Intent

Mungkin Anda pernah membaca bahwa pop-up bisa meningkatkan Bounce Rate, dan itu memang benar (setidaknya untuk pop-up yang mengganggu dan mengganggu pengunjung).

Namun, ada kategori pop-up lain yang disebut Exit-Intent Popups, yang justru dapat mengurangi Bounce Rate.

Berbeda dengan pop-up yang mengganggu, Exit-Intent Popups hanya muncul ketika seseorang berencana meninggalkan halaman Anda. Orang tersebut sudah berniat untuk pergi, jadi Anda tidak kehilangan apa-apa dengan menampilkan pop-up.

Data internal kami menunjukkan bahwa Exit-Intent Popups dapat sedikit mengurangi Bounce Rate.

Jika Anda pikirkan, ini masuk akal. Misalnya, jika 50% pengunjung Anda meninggalkan halaman, pop-up ini dapat mengurangi Bounce Rate halaman tersebut hingga 10%.

Bonus lainnya, Anda juga bisa mendapatkan lebih banyak pelanggan email.

15. Gunakan Content Upgrades

Content Upgrades adalah lead magnet yang sangat spesifik.

Daripada menawarkan ebook yang sama untuk setiap pengunjung, tawarkan sesuatu yang benar-benar relevan dengan apa yang sedang mereka baca.

Sebagai contoh, dalam panduan SEO di halaman kami, kami menawarkan call to action untuk mendapatkan checklist SEO on-page. Karena Content Upgrade ini sangat spesifik, tingkat konversinya luar biasa.

Tanpa diragukan lagi, setiap orang yang mendaftar untuk mendapatkan Content Upgrade tersebut tidak lagi dihitung sebagai bounce. Jadi, ini adalah win-win solution.

Jika Anda tidak ingin membuat checklist untuk setiap posting, Anda bisa menawarkan versi PDF dari posting yang sedang dibaca.

Contoh ini menunjukkan bahwa meskipun PDF tidak seefektif checklist dalam hal konversi, mereka tetap lebih baik daripada lead magnet yang umum.

Mengapa Ini Penting?

Seperti yang disebutkan sebelumnya, bahwa bounce rate ini bukan isu remeh, pasalnya hal ini terkait dengan salah satu faktor ranking Google.

Blog atau website dengan bounce rate tinggi dapat mengirimkan sinyal kepada Google bahwa konten yang disajikan kurang menarik atau relevant. Hal tersebut akan berpotensi membuat peringkat blog atau website tersebut tersebut turun di SERP Google.

Bagaimana Cara Cek Bounce Rate?

Untuk cara cek bounce rate sendiri, Google telah menyediakan tool yang menampilkan data bounce rate ini, yaitu Google Analytic.

Namun anda juga dapat menghitung nilai bounce rate ini dengan menggunakan rumus sederhana.

Adapun rumus bounce rate adalah:

Bounce Rate = (Jumlah kunjungan halaman tunggal : jumlah pengunjung) x 100%

Bounce Rate yang Bagus Untuk SEO

bounce rate yang bagus
Sumber gambar: Garuda Website

Dalam dunia blogging, nilai Bounce rate ini dinilai dalam rate 0-100%.

Untuk bounce rate yang bagus untuk SEO website atau blog, sebagian besar praktisi SEO mengkategorikannya ke dalam beberapa kategori berikut:

  • 25% atau lebih rendah (kemungkinan website bermasalah)
  • 26-40% (cukup baik)
  • 41-55% (rata rata)
  • 56-70% (cukup baik dibandingkan kebanyakan)
  • 70% atau lebih tinggi (buruk)

Dari pengkategorian di atas, dapat diketahui bahwa bounce rate yang termasuk baik adalah yang berada (26-40%).

Sedangkan untuk yang terbilang normal atau rata rata adalah bounce rate dengan nilai 41-55%.

Cara Menurunkannya

cara menurunkan bounce rate
Sumber gambar: Garuda Website

Mengingat bounce rate tinggi adalah isu SEO serius yang harus segera ditangani, cara menurunkan bounce rate menjadi pengetahuan yang wajib untuk anda ketahui sebagai blogger.

Melansir informasi dari situs Neil Patel dan HubSpot, terdapat beberapa cara yang dapat anda gunakan untuk menurunkan nilai bounce rate ini. Adapun beberapa cara tersebut, meliputi:

1. Percepat Loading Halaman

Page loading yang lama adalah salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya bounce rate. Untuk itu, saya menyarankan anda untuk mengoptimasi kecepatan loading page anda dengan mengganti tema situs yang lebih sederhana, mengkompress gambar dan lainnya.

2. Singkirkan Elemen yang Mengganggu User Experience

Langkah lainnya yang dapat anda lakukan untuk mengurangi bounce rate adalah dengan menghilangkan elemen yang dapat mengganggu user experience. Dalam hal ini, elemen yang dimaksud dapat berupa iklan yang penempatannya mengganggu, seperti iklan pop up ataupun widget tertentu yang sebenarnya tidak diperlukan.

3. Buat Situs Anda Mobile Friendly

Sebagian besar penelusuran internet saat ini dilakukan melalui perangkat mobile. Untuk itulah, membuat situs anda menjadi lebih mobile friendly adalah sebuah keharusan. Situs yang kurang atau bahkan tidak mobile friendly, cenderung akan memicu bounce rate yang tinggi. 

Untuk mengetahui apakah situs anda telah termasuk dalam kategori mobile friendly sendiri, anda dapat menggunakan tool yang disediakan Google, yaitu Google Mobile-friendly Test Tool.

4. Pilih Keyword yang Tepat

Hindari untuk membuat konten yang hanya sekedar clickbait, dikarenakan hal tersebut justru dapat meningkat bounce rate situs anda. Buatlah konten yang sesuai dengan search intent dari keyword anda. Semakin relevan dan tepat informasi yang anda sajikan di situs anda, maka semakin betah pengunjung anda.

5. Buat Meta Deskripsi yang Baik

Meta description adalah cuplikan atau informasi mengenai konten yang anda sajikan. Melalui meta description ini, maka pengguna internet akan dapat mengetahui apa yang halaman anda bahas, tanpa harus mengunjunginya terlebih dahulu. Di lain sisi, meta description ini juga dapat mencegah bounce rate di situs anda. Untuk itu, pastikan anda menulis meta description halaman situs anda dengan baik.

6. Buat Subheading

Konten dengan subheading terbilang lebih mudah untuk dibaca. Keberadan subheading ini akan dapat membantu pembaca atau pengunjung untuk menemukan informasi yang mereka butuhkan dengan lebih cepat. Selain subheading, pastikan konten anda juga dilengkapi dengan daftar isi.

Jika anda memiliki kendala dalam langkah langkah optimasi yang dijelaskan di atas, anda dapat mempertimbangkan untuk berkonsultasi dengan jasa SEO, terutama untuk bagian bagian vital seperti user experience dan tema situs.

Itulah penjelasan dan juga jawaban saya mengenai nilai bounce rate yang bagus untuk SEO blog dan website. Semoga ulasan singkat ini dapat menyegarkan pengetahuan anda seputar bounce rate ini.

Jangan lupa juga untuk tetap mengikuti blog saya, agar anda tidak melewatkan seri artikel informatif lainnya dari saya. Terima kasih telah mampir dan membaca.

Kesimpulan

Bounce rate adalah metrik penting dalam analitik situs web yang mengukur interaksi awal pengguna dengan halaman.

Dengan memahami definisi, cara kerja, dan fungsinya, pemilik situs dapat mengambil langkah strategis untuk meningkatkan kualitas konten, navigasi, dan pengalaman pengguna secara keseluruhan.

Untuk memanfaatkan bounce rate dengan maksimal, gunakan alat analitik yang relevan, lakukan pengujian berkala, dan terus optimalkan situs Anda berdasarkan data yang ada. Dengan demikian, Anda dapat menciptakan situs yang tidak hanya menarik, tetapi juga memberikan nilai nyata bagi pengunjung.

Add a comment Add a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post
Apa itu backlink dofollow adalah

Backlink Dofollow: Definisi, Fungsi, Dampak Pada SEO

Next Post
apa itu Google Analytics

Google Analytics: Definisi, Fungsi + 5 Fakta Terbaru