Pemecahan Demografi Pengguna Media Sosial

Pemecahan Demografi Pengguna Media Sosial

Demografi media sosial disinyalir efektif dalam mengatur pemasaran serta memahami audiens secara lebih terperinci. Sebagai contoh, ketika hendak memperluas target audiens guna menjangkau Generasi Z, sebaiknya menggunakan data demografis saat ini. Sehingga dapat mewujudkan tujuan dari demografi pengguna media sosial yakni mengetahui jaringan terbaik untuk memfokuskan kekuatan konten.

Demografi pengguna media sosial yang paling utama dengan memperkuat strategi sosial berbasis data secara riil. Langkah tersebut sangat efektif karena ruang sosial media yang semakin berkembang dan memaksimalkan anggaran sebijak mungkin. 

Faktanya banyak perusahaan di seluruh dunia menggunakan strategi pemecahan demografi para pengguna media sosial. Mengingat perusahan harus menemukan saluran atau platform mana yang fit in bagi usahanya. Selain itu, untuk memahami kebiasaan dan karakter dari audiens sangatlah penting.

Berikut ini penjelasan terkait distribusi demografi dari pengguna media sosial. Semoga dapat memberikan gambaran agar menemukan strategi yang tepat, contohnya usia pengguna, etnis, jenis kelamin, pekerjaan dan pendapatan.

Bagaimana Distribusi Usia Pengguna Media Sosial 

Distribusi usia dari pengguna media sosial menjadi sesuatu yang penting untuk mengeksplorasi kelompok usia pengguna media sosial. Apabila dilihat secara lebih luas, distribusi usia pengguna media sosial di setiap negara berbeda-beda. 

Dilansir dari Statista.com, Tiongkok menjadi negara nomor satu dengan pengguna media sosial terbanyak. Diperkirakan pada tahun 2025, jumlah pengguna media sosial di Tiongkok bertumbuh lebih dari satu miliar pengguna. 

Jumlah pengguna media sosial terbanyak kedua diduduki oleh India dengan setengah miliar pengguna media sosial. Kemudian diikuti negara Amerika Serikat pada peringkat keempat dan Jepang menduduki peringkat kesepuluh.

Distribusi Usia Pengguna Media Sosial di Amerika Serikat

Sejak tahun 2006, pengguna media sosial di Amerika Serikat diketahui berjumlah 2% dari populasi penduduk. Kemudian angka tersebut terus bertambah, hingga tahun 2020 diketahui jumlah pengguna media sosial di Amerika Serikat meningkat menjadi 72%. Rentang usia pengguna media sosial terbanyak di Amerika Serikat adalah usia 18-29 tahun. 

Baca juga: Statistik Penggunaan Media Sosial Global [Data Terbaru]

Distribusi Usia Pengguna Media Sosial di Inggris

Statistik mengemukakan pengguna media sosial di Inggris per bulan Januari 2020 yaitu 45 juta pengguna media sosial. Angka tersebut setara dengan 77,9% penduduk Inggris yang menggunakan satu platform media sosial. Rentang usia pengguna media sosial aktif yaitu 18-34 tahun. Adapun platform media sosial yang paling banyak digunakan adalah YouTube dan Facebook.

Demografi Pengguna Media Sosial

Distribusi Usia Pengguna Media Sosial di Korea Selatan

Jumlah pengguna media sosial di Korea Selatan sejak tahun 2017 sampai dengan tahun 2025 diperkirakan mencapai 45,5 juta.

Usia Pengguna Media Sosial

Adapun penetrasi media sosial tertinggi adalah 86,9%, yang merupakan pengguna aktif media sosial pada kelompok usia 20-29 tahun. Sementara itu, platform media sosial yang populer di Korea Selatan adalah Facebook.

Distribusi Usia Pengguna Media Sosial di Australia

Distribusi usia pengguna media sosial yang berada di Australia cukup banyak. Tercatat pada bulan Januari 2021, ada sekitar 80% warga Australia menjadi pengguna aktif media sosial. Kelompok usia yang sering menggunakan media sosial adalah usia 25-34 tahun. Sementara itu, platform media sosial yang paling populer di Australia yakni Facebook, YouTube, dan Instagram.

Bagaimana Gender Mempengaruhi Penggunaan Media Sosial 

Penggunaan media sosial juga dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin atau gender seseorang.  Brooke Duffy, yang merupakan profesor di Cornell University, mengungkapkan bahwa “era media sosial sebagai meritokrasi, yang mana konten ‘terbaik’ dinilai berdasarkan indeks status yang dapat diukur, yaitu jumlah suka, mengikuti, dan favorit. 

Faktanya, era media sosial dipengaruhi oleh latar belakang gender. Hal tersebut dapat dilihat dari faktor keterlibatan perempuan dan laki-laki dalam penggunaan media sosial. Media sosial juga mempengaruhi cara berpikir perempuan dan laki-laki dalam berjejaring.

Berkaitan dengan pendapat atau suara perempuan dalam bidang politik, olahraga, jurnalisme, maupun akademisi biasanya akan gagal memperoleh perhatian yang sama. Berbeda dengan suara laki-laki di media sosial dalam bidang politik, jurnalisme, olahraga, atau akademisi biasanya akan lebih dipertimbangkan.

Media sosial juga menstimulasi peranan gender (laki-laki dan perempuan), serta sifat perilakunya melalui foto dan iklan pada media sosial. Media sosial cenderung membingkai perempuan sebagai sosok yang bergantung dengan sekitarnya. 

Berbeda dengan laki-laki yang digambarkan sebagai sosok mandiri tetapi sulit untuk mengekspresikan diri. Jadi, meskipun telah diberi ruang digital para kaum lelaki lebih mudah dalam mengekspresikan diri. Sehingga dapat dinilai jika lingkungan digital membawa gender untuk mereplikasi norma dan budaya yang ada dalam dunia nyata.

Bagi gender perempuan, kehadiran media sosial mempengaruhi persepsi tentang citra tubuh para perempuan. Contohnya ketika media sosial menampilkan sosok perempuan panutan dengan tampilan foto dan video yang menonjolkan kecantikan.

Akibatnya, gender perempuan saat menggunakan media sosial cenderung menginternalisasi standar kecantikan perempuan kontemporer. Selanjutnya, standar kecantikan tersebut distereotipkan dalam bentuk budaya dan ditampilkan secara online. Fenomena ini menciptakan persepsi akan kesejahteraan perempuan dipengaruhi oleh tampilan gender digital. 

Namun, satu hal yang sama-sama dialami kaum perempuan dan laki-laki dalam penggunaan media sosial yakni membuka “jendela ekonomi baru”. Dalam aspek kewirausahaan, penggunaan media sosial seperti YouTube, Instagram, hingga TikTok dimanfaatkan untuk mencari penghasilan tambahan.

Platform Media Sosial Mana Yang Populer di Kalangan Berbagai Kelompok Usia? 

Pemecahan demografi pengguna media sosial juga dapat ditemukan dari hasil Analisa platform media sosial yang lebih disukai berbagai kelompok usia.

Media Sosial Mana Yang Populer

Menurut sumber dari We Are Social, platform yang paling disukai oleh penduduk Indonesia berusia 16-64 tahun adalah Youtube. Persentase pengguna aktif Youtube per bulan mencapai 88%. 

Kemudian, media sosial Whatsapp menduduki posisi kedua sebagai platform yang paling populer. Persentase pengguna aktif Whatsapp setiap bulannya tercatat sebesar 84%. Pengguna Whatsapp berasal dari kalangan usia 12-64 tahun. Whatsapp sebagai aplikasi pengiriman pesan dinilai lebih efektif sehingga banyak orang meninggalkan metode berkirim pesan secara tradisional melalui SMS.

Facebook menempati posisi ketiga sebagai media sosial terpopuler dengan persentase pengguna aktif sebesar 82%. Selanjutnya diikuti dengan media sosial Instagram yang menampilkan persentase pengguna aktif sebesar 79%. Kelompok usia pengguna aktif media sosial Instagram adalah 15-40 tahun.

Bagaimana Perbedaan Penggunaan Media Sosial Berdasarkan Tingkat Pendapatan? 

Demografi pengguna media sosial juga dapat diperoleh berdasarkan latar belakang pendapatan. Konten media sosial akan dapat mengungkapkan status pendapatan dari pemilik akun. Sebuah studi terkait telah dilakukan oleh peneliti pada Universitas Queen Mary di London. Dalam penelitian tersebut menganalisis 2,6 juta unggahan pada media sosial Nextdoor.

Peneliti berhasil memprediksi pendapatan individual pengguna media sosial Nextdoor secara akurat berdasarkan unggahan. Hasil yang diperoleh adalah perbedaan yang signifikan antara konten yang dibagikan oleh orang kaya dan orang yang kurang mampu.

Hasil tersebut membuat para peneliti yakin jika aktivitas mengunggah konten yang dilakukan oleh masyarakat dapat mengungkap status sosioekonomi. Selain itu, peneliti juga optimis jika fenomena tersebut juga terjadi pada aplikasi media sosial diluar Nextdoor.

Perbedaan pengguna media sosial berdasarkan tingkat pendapatannya juga dapat dilihat dari konten yang diikuti oleh pemilik akun. Ciri-ciri pengguna akun media sosial yang memperoleh pendapatan tinggi akan mengikuti akun-akun yang sesuai dengan minat dan hobi, pengembangan diri, dan jarang atau hampir tidak ada mengikuti akun influencer.

Berbeda dengan pengguna akun media sosial dengan tingkat pendapatan rendah, cenderung tidak mengorganisir siapa saja yang diikuti. Individu dengan pendapatan menengah ke bawah cenderung mengikuti banyak influencer media sosial. Selain itu, tidak memperdulikan stabilitas jumlah akun yang diikuti dan pengikut.

Disamping itu, studi juga menunjukkan jika individu yang berada pada lingkungan kaya lebih sering membagikan konten positif. Akan tetapi individu yang kaya cenderung membahas peristiwa kriminal yang terjadi disekitarnya.

Selanjutnya para peneliti juga telah mengumpulkan postingan dari orang-orang yang tinggal di Amerika Serikat dan Inggris. Individu dengan penghasilan tinggi yang tinggal di dua negara tersebut lebih menaruh perhatian terhadap tindak kejahatan dibandingkan orang yang tinggal dalam lingkungan menengah ke bawah.

Individu dengan tingkat pendapatan tinggi atau kaya biasanya membicarakan kejahatan dengan kekerasan. Hal tersebut terbukti dari tren konten antara partisipan dari Amerika Serikat dan Inggris. 

Pengguna media sosial dengan pendapatan tinggi atau kaya raya di Amerika Serikat sering membicarakan tentang senjata api dan kejahatan serta kekerasan. Sangat berbeda dari individu dengan ekonomi menengah biasanya memposting hal-hal lucu dan bersifat ringan seperti lelucon dan meme.

Apa Ada Variasi Regional Dalam Demografi Pengguna Media Sosial? 

Dilansir dari Smartinsights.com, grafik berikut ini menunjukkan jumlah pengguna Internet pada April 2023. Terdapat  64,6% populasi seluruh dunia adalah pengguna internet, dan 5% di lainnya bukan pengguna aktif media sosial.

Variasi Regional Dalam Demografi Pengguna Media Sosial

Variasi regional dalam demografi media sosial dapat dilihat dari penetrasi media sosial. Seperti yang diketahui bahwa platform media sosial telah berkembang pesat sampai saat ini. Orang-orang menggunakan media sosial guna memenuhi keinginan dan kebutuhan. Sehingga media sosial tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari umat manusia. 

Demografi pengguna penggunaan media sosial pada tingkat regional tahun 2023 menunjukkan variasi yang luas, sebagai berikut:

  •  72% di Asia Timur
  • 74% di Amerika Utara
  • 72% di Amerika Selatan
  • 84% di Eropa Utara dan Barat.

Namun, seiring berjalannya waktu, persentase tersebut menurun menjadi 41% di wilayah Asia Selatan, 13% di wilayah Afrika Barat, serta 7% dalam wilayah Afrika Tengah.

Apa Latar Belakang Pendidikan Dari Pengguna Media Sosial? 

Menurut penelitian yang dilakukan oleh indonesiabaik.id, pada 2017, pengguna media sosial sangat tinggi yakni 92,82% dan yang tidak menggunakan media sosial sebesar 7,18%.

Penggunaan media sosial juga dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan. Semakin tinggi pendidikan tidak mempengaruhi persentase pengguna media sosial. Faktanya, persentase pengguna media sosial berdasarkan latar belakang pendidikan sebagai berikut :

  • Diploma/S1 (97,55%) ;
  • SMA (97,5%) ; dan 
  • S2/S3 (96%).

Dalam penelitian tersebut seluruh responden (100%) memiliki jumlah pengeluaran lebih dari Rp.10 juta merupakan pengguna media sosial aktif. 

Bagaimana Variasi Penggunaan Media Sosial Diantara Kelompok Etnis? 

Variasi penggunaan media sosial di antara berbagai kelompok etnis juga penting untuk dieksplorasi guna menemukan demografi pengguna media sosial.

Pada dasarnya keterlibatan budaya media sosial saat ini terbilang sangat tinggi dalam kehidupan masyarakat. Bahkan, membawa penggunaan media sosial juga membawa ciri khas dari berbagai budaya. Misalnya, adanya peran bahasa dalam menggunakan media sosial yang disebut dengan Triandis 

Pengertian Triandis adalah peran bahasa sebagai suatu sistem simbol yang memperkenankan budaya untuk melakukan transmisi. Selanjutnya Triandis dibagi kepada para pelaku interaksi etnis atau budaya.

Secara mutlak, komunikasi merupakan sebuah proses budaya, yang artinya komunikasi ditujukan bagi orang ataupun kelompok lain dalam fenomena pertukaran kebudayaan. Salah satu unsur yang menonjol adalah bahasa karena menjadi alat komunikasi dalam proses budaya.

Variasi pengguna media sosial dalam kelompok etnis tidak terlepas dari konsep dasar komunikasi. Sebuah komunikasi yang dilakukan oleh penutur dan pertutur dari etnis berbeda dalam media sosial harus saling dimengerti. Apabila terdapat kesalahpahaman maka akan menimbulkan permasalahan sosiolinguistik.

Apakah Ada Perbedaan Signifikan Dalam Penggunaan Media Sosial Antara Wilayah Perkotaan dan Pedesaan? 

Pemecahan demografi media sosial juga dapat diperoleh dari disparitas dalam penggunaan media sosial antara wilayah perkotaan dan pedesaan.

Persentase Penduduk Menggunakan Internet

Berdasarkan laporan Global Connectivity Report 2022, terjadi kesenjangan akses internet pada wilayah perkotaan dan pedesaan dalam skala global. Akibatnya sebanyak 75% penduduk global yang berada di perkotaan sudah memiliki akses ke internet per tahun 2021. Kondisi berbeda dialami oleh masyarakat yang berada di pedesaan, hanya 39% penduduk yang berada di pedesaan dapat mengakses internet.

Dalam skala regional, kesenjangan akses internet kota dan desa paling rendah berada di wilayah Eropa. Menunjukkan bahwa proporsi penduduk kota di Eropa yang dapat terhubung ke internet mencapai 87%, sementara penduduk desa di wilayah eropa yang terhubung dengan internet mencapai 80%.

Adapun kesenjangan terbesar terjadi di wilayah Afrika. Yang mana proporsi pengguna internet pada wilayah perkotaan mencapai 50%. Sedangkan pengguna internet yang berada pada wilayah pedesaan tercatat hanya ada 15%.

Baca: Data Pengguna Internet di Indonesia

Apa Peran Pekerjaan Dalam Menentukan Pola Penggunaan Media Sosial? 

Latar belakang pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola penggunaan media sosial. Hal tersebut disebabkan karena media sosial telah bertransformasi menjadi kebutuhan utama umat manusia.

Pengguna media sosial tidak hanya berasal dari kalangan anak muda tetapi juga orang tua. Meskipun usia berbeda, pola penggunaan media sosial juga dapat dilihat dari peran pekerjaan masing-masing orang. 

Peran pekerjaan juga mendorong seseorang dalam menggunakan media sosial. Misalnya seseorang yang bekerja di bagian marketing akan menggunakan dua jalur marketing tradisional dan marketing digital. Dalam langkah marketing digital yang digunakan melibatkan penggunaan media sosial, seperti Instagram, YouTube, TikTok.

Peran pekerjaan dalam menggunakan media sosial juga menunjukkan pola penggunaan media sosial. Sebagai contoh bagi seseorang yang berprofesi sebagai tenaga medis cenderung mengikuti akun-akun yang bertemakan dunia medis. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pekerjaan mempengaruhi pola pengguna media sosial.

Bagaimana Perbedaan Penggunaan Media Sosial Berdasarkan Status Pernikahan? 

Perbedaan penggunaan media sosial juga dapat dilihat berdasarkan status pernikahan. Berikut ini penjelasannya.

1. Pasangan Suami Istri

Media sosial membuat pasangan merasa cemburu dan curiga. Sehingga pasangan suami istri berpotensi untuk mencari informasi mengenai interaksi akun pasangannya. Kecurigaan yang timbul baik itu beralasan atau tidak karena menemukan hal yang kurang nyaman dari pola penggunaan media sosial pasangan.

Penggunaan media sosial yang berlebihan di antara suami dan istri justru berakibat tidak baik. Akibatnya dapat menciptakan kecemburuan, meningkatkan pengawasan karena rasa tidak percaya diri, dan mendatangkan konflik dalam sebuah hubungan. 

Para peneliti juga menemukan fakta jika semakin sering memeriksa aktivitas pasangan di media sosial. Maka semakin banyak pula orang melaporkan atau mengungkapkan rasa cemburu dan ketidakpercayaan diri sendiri maupun pasangan.

Penggunaan media sosial bagi kalangan suami istri juga memiliki pengaruh positif. Misalnya menciptakan hubungan baru antara calon suami dan istri. Hal ini terjadi ketika seseorang menggunakan situs kencan online dan jaringan media sosial.

2. Lajang

Bagi seorang lajang, penggunaan media sosial sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Media sosial tidak hanya menjadi hiburan semata tetapi juga menjadi tempat untuk mencari pengetahuan, hobi, pengembangan diri, hingga mencari pasangan.

Seorang lajang cenderung lebih sering memposting foto dan video diri pada akun media sosialnya. Adapun tujuannya untuk menarik perhatian dari lawan jenis melalui media sosial. Selain itu, seorang lajang juga cenderung aktif menggunakan media sosial setiap hari.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top