Google Content Policies: Bolehkah Plagiat Konten Sendiri?

Bolehkah Plagiat Konten Sendiri?

Bagaimana tanggapan John Mueller sebagai Google’s Search Advocate mengenai plagiarisme suatu konten yang mengarah ke Google Content Policies? Jawabannya memberikan pelajaran berharga bagi kita!

Baru-baru ini di sela kesibukan pihak Google Search Central SEO, John Mueller sebagai Google’s Search Advocate menjawab sebuah pertanyaan yang membahas tentang self-plagiarizing atau plagiarisme konten milik sendiri. 

Mueller dihujani pertanyaan mengenai apakah para penulis atau kreator artikel boleh menggunakan ‘lagi’ beberapa bagian dari konten mereka yang sebelumnya sudah pernah dibagikan, secara teknis sebagai salinan untuk membuat konten serupa namun dengan sedikit bagian yang berbeda. 

Hm… Secara singkat, jawabannya yang diberikannya adalah: “membuat salinan dari konten yang sudah ada tidak masalah, namun akan ada di mana itu menjadi masalah“.

Sampai sini, sudah pusing? Supaya Anda bisa tertidur nyenyak malam ini, simak penjelasan lebih detail, apa yang disampaikan oleh Mueller. 

Bolehkah Plagiat Konten Sendiri Berdasarkan Google Content Policies?

Plagiat konten sendiri
Sumber: recruitingdaily.com

Ada salah satu pihak yang memberikan pertanyaan menarik tentang apakah boleh seorang penulis atau pembuat konten melakukan ‘plagiarisme’ terhadap konten mereka sendiri. 

Kelihatannya penggunaan kata plagiarisme tersebut kurang pas di konteks ini, mengingat definisi dari plagiat sendiri adalah mengambil konten dari sumber-sumber tertentu lalu mengklaimnya menjadi milik pribadi. 

Secara jelas, seseorang sebenarnya tidak bisa dikatakan melakukan plagiarisme apabila ia membuat salinan terhadap apa yang sudah ia buat sebelumnya. Apa yang orang tersebut tanyakan sebenarnya lebih ke arah ‘membuat salinan terhadap konten sendiri’. 

Kira-kira seperti ini pertanyaannya: 

Apakah Google membolehkan para pembuat konten memplagiat konten mereka sendiri?

Sebagai contoh, misalnya saya menulis tentang artikel afiliasi yang cocok untuk para ibu-ibu di luar sana. Nah, apakah saya boleh membuat salinan konten dari artikel tersebut untuk menuliskan artikel-artikel lain yang mungkin bisa ditujukan untuk bapak-bapak, anak remaja, atau orang dewasa lainnya?

Menggunakan Ulang Konten Yang Sudah Ada

Nah, dari pertanyaan yang dilontarkan oleh seseorang seperti di atas, akhirnya Mueller angkat bicara tentang plagiarisme yang dimaksud tersebut. Justru ia malah kebingungan, karena penggunaan kata ‘plagiat’ di sini rasanya cukup tidak sesuai dengan definisinya. 

Seperti ini tanggapan dari Mueller:

Jadi… Sebenarnya saya tidak tahu definisi yang lengkap dari plagiarisme itu sendiri. Tapi sepertinya jika Anda menggunakan kembali konten yang Anda miliki, itu namanya bukan plagiarisme dari yang saya pahami.

Bahkan dari sisi Google Content Policies, kalau Anda menggunakan konten dari artikel yang sudah ada dan membagikannya lagi dengan beberapa elemen yang berbeda, itu terserah Anda dan dibolehkan“.

Baca juga: Pengaruh SEO terhadap perubahan hosting menurut John Mueller

Sebuah Konten Harus Mengedepankan ‘Kualitas’

Dari waktu ke waktu, kita mungkin lebih sering berasumsi bagaimana Google merespon sebuah konten. Faktanya, Google memberikan respon baik umumnya terhadap seberapa bagus kualitas dari konten tersebut yang dapat diberikan oleh para pengunjung. 

Meskipun melakukan plagiarisme terhadap konten milik sendiri tidak ada masalah sesuai Google Content Policies, namun yang perlu Anda garis bawahi di sini adalah, apakah dari membuat salinan tersebut, Anda benar-benar memberikan kualitas konten terbaik untuk dibaca oleh para pengunjung?

Bahkan Mueller sendiri berpendapat bahwa jika hanya membuat salinan dari konten sendiri, dan mengganti beberapa kata yang sudah ada, itu tidak benar-benar memberikan kualitas terbaik dan justru Anda tidak bisa menulis sesuatu yang lebih unik. 

Oleh karena itu, Anda disarankan lebih baik fokus meningkatkan kualitas, dan cobalah buat artikel menarik seperti konten evergreen yang cocok dibaca kapan saja.

Halaman Doorway

Ada juga seseorang yang bertanya tentang variasi dari halaman doorway. Ini sebenarnya merupakan cara lama dari sebuah website untuk membuat halaman-halaman yang ditargetkan. 

Contohnya seperti di Amerika, penggunaan fitur ini bisa membuat beberapa halaman untuk menargetkan pengguna lain dari beberapa negara bagian. 

Tentu, setiap halaman yang muncul akan sama, hanya nama dari negara bagian dan kota-kota saja yang berbeda. Namun sayangnya Google memperingatkan halaman doorway ini sebagai sesuatu yang akan mendatangkan ‘penalti manual’ berdasarkan Google Content Policies.

Jadi seperti yang Mueller katakan, jangan sampai Anda fokus membuat banyak halaman konten, namun lupa akan kualitasnya. Justru seharusnya Anda berhati-hati karena semakin banyak konten yang Anda gunakan kembali, kemungkinan bahaya pada website bisa saja terjadi. 

Fokus Membuat Konten Yang Unik, Bukan Mencari Jalan Pintas

Hal penting yang harus Anda pahami di sini adalah konten merupakan aset yang sangat penting dari sebuah website. Konten-konten tersebut bisa menjadi kontribusi untuk membuat website lebih sukses lagi. 

Melihat seberapa penting nilai dari konten website, tentu saja Anda harus lebih fokus membuat konten yang berkualitas dan menarik sesuai Google Content Policies, dibanding mencari jalan pintas hanya karena ingin memperbanyak konten.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top