Dark Mode Light Mode

Fakta! 615 Juta Perangkat Menggunakan Ad Blocker

Perangkat Menggunakan Ad Blocker Perangkat Menggunakan Ad Blocker

Jumlah pengguna perangkat pemblokir iklan atau ad blocker telah mencapai angka luar biasa: 615 juta perangkat di seluruh dunia.

Seperti Opera, telah mengintegrasikan fitur pemblokir iklan langsung ke dalam peramban mereka. Ini memberikan kontrol lebih kepada pengguna atas konten yang mereka lihat.

Data ini diungkapkan dalam laporan PageFair, yang mencatat bahwa pada akhir 2021, hampir 11% dari populasi internet global memanfaatkan teknologi ini.

Di Indonesia, angka ini mencapai 42,3%, menempatkannya sebagai negara dengan pengguna ad blocker terbesar ketiga di dunia.

Apa yang menyebabkan lonjakan ini? Bagaimana dampaknya pada industri periklanan? Dan bagaimana bisnis menyikapi ini?

Dominasi Perangkat Seluler

Dalam Adopsi Ad Blocker

Dari 615 juta perangkat, sebanyak 380 juta adalah perangkat seluler.

Ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, terutama di wilayah Asia-Pasifik, di mana 94% pengguna ad blocker seluler berasal.

India dan Indonesia memimpin tren ini, dengan lebih dari separuh pengguna smartphone di kedua negara mengaktifkan fitur pemblokir iklan.

Sebaliknya, di negara-negara Barat seperti Amerika Serikat, ad blocker lebih banyak digunakan di perangkat desktop, dengan tingkat adopsi mencapai 18%.

Alasan Utama Penggunaan Ad Blocker

Ad blocker semakin populer karena alasan-alasan berikut:

  1. Gangguan dari Iklan: Pop-up, video autoplay, dan banner sering mengganggu pengalaman browsing.
  2. Kecepatan Internet yang Lebih Baik: Skrip iklan yang berat dapat memperlambat waktu muat halaman.
  3. Perlindungan Privasi: Banyak iklan digital menyertakan pelacak yang mengumpulkan data pengguna tanpa izin.
  4. Menghemat Kuota: Di wilayah dengan keterbatasan data, memblokir iklan membantu pengguna mengurangi konsumsi internet.

Secara keseluruhan, tren penggunaan pemblokir iklan di Indonesia mencerminkan keinginan pengguna untuk pengalaman internet yang lebih bersih dan cepat.

Sekaligus menantang industri periklanan untuk beradaptasi dengan preferensi konsumen yang terus berkembang.

Dampak bagi Industri Periklanan

Lonjakan penggunaan ad blocker menjadi ancaman nyata bagi pendapatan iklan digital.

Di Indonesia, menurut riset Nielsen, belanja iklan digital di Indonesia mencapai Rp 41 triliun pada tahun 2021. Meningkat 67% dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara, tahun 2022, belanja iklan digital global diperkirakan mencapai $390 miliar.

Dengan tingginya adopsi ad blocker, efektivitas iklan digital dapat terpengaruh, mendorong pengiklan untuk mencari strategi alternatif.

Seperti strategi konten marketing hingga memanfaatkan influencer.

Apa Makna di Balik Angka Ini?

Peningkatan penggunaan ad blocker mencerminkan perubahan besar dalam pola perilaku pengguna internet.

Mereka menginginkan pengalaman digital yang lebih nyaman, cepat, dan bebas dari gangguan.

Respons Industri

Kreator konten, situs berita, dan platform digital kini harus mencari alternatif untuk menghasilkan pendapatan, seperti:

  • Menawarkan langganan premium bebas iklan.
  • Menggunakan iklan native yang lebih sulit diblokir.
  • Beralih ke strategi konten marketing atau pemasaran melalui influencer, yang tidak terpengaruh oleh ad blocker.

Namun, di sisi lain, ini juga memunculkan tantangan etis: bagaimana mendukung kreator konten yang bergantung pada iklan sebagai sumber pendapatan utama?

Apakah Anda termasuk pengguna ad blocker? Apa alasan Anda menggunakannya? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar dan mari berdiskusi!

Add a comment Add a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post
2 Cara Pasang Foto Profil di WordPress [Gravatar & Plugin]

2 Cara Pasang Foto Profil di WordPress [Gravatar & Plugin]

Next Post
cara mengoptimasi skor kualitas

Cara Mengoptimasi Skor Kualitas Google Ads - Sederhana Tapi Efektif