Dark Mode Light Mode

Akhdan Habibi: Darurat AI Di Kalangan Pelajar Di Indonesia

Darurat AI Di Kalangan Para Pelajar Di Indonesia Darurat AI Di Kalangan Para Pelajar Di Indonesia

Ada sebuah kondisi darurat di dunia pendidika, dalam pemanfaatan AI. Hal ini, diungkap oleh Akhdan Habibi, mahasiswa Teknik informatika dari Universitas Pamulang. Sebagaimana ia tulis di media Kumparan.

Menurut dia, perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), telah membawa perubahan signifikan dalam dunia pendidikan.

Di Indonesia, penggunaan AI di kalangan pelajar, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, semakin meningkat.

AI tidak hanya mempermudah siswa dalam menyelesaikan tugas sekolah, tetapi juga menyediakan akses cepat terhadap informasi dan sumber belajar.

Manfaat Penggunaan AI bagi Siswa

AI menawarkan berbagai manfaat dalam proses pembelajaran. Platform berbasis AI, seperti aplikasi pembelajaran dan chatbot pendidikan, dapat menjawab pertanyaan siswa secara langsung atau memberikan penjelasan atas materi yang sulit dipahami.

Contohnya, aplikasi seperti Duolingo membantu siswa belajar bahasa asing melalui interaksi yang menarik dan responsif.

Selain itu, aplikasi seperti Photomath dan Wolfram Alpha mendukung pembelajaran matematika dengan membantu siswa memahami dan menyelesaikan masalah matematika.

AI juga memudahkan akses ke sumber belajar. Siswa dapat mencari informasi, referensi, dan buku secara online dengan lebih cepat dan efisien, yang sangat bermanfaat bagi mereka yang berada di daerah dengan akses terbatas ke perpustakaan dan sumber belajar lainnya.

Teknologi ini juga mendorong pembelajaran mandiri, memungkinkan siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan gaya belajar masing-masing.

Risiko Ketergantungan pada AI

Namun, di balik manfaat tersebut, terdapat risiko ketergantungan yang perlu diwaspadai.

Banyak siswa cenderung mencari jawaban langsung dari AI tanpa berusaha memahami atau memecahkan masalah secara mandiri.

Mereka mungkin terbiasa menyelesaikan soal matematika atau tugas esai dengan menyalin jawaban yang dihasilkan AI tanpa memahami prosesnya.

Ketergantungan ini juga dapat menghambat kreativitas. Untuk tugas yang memerlukan pemikiran kreatif, seperti menulis atau membuat presentasi, siswa sering menggunakan AI untuk merancang konten dan menyusun kata-kata, sehingga kehilangan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan menghasilkan ide-ide baru.

Dampak Jangka Panjang

Ketergantungan pada AI dapat menyebabkan beberapa masalah. Pertama, siswa mungkin mengalami penurunan kemampuan berpikir kritis.

Mengandalkan AI secara terus-menerus untuk menemukan jawaban dapat menghambat kemampuan berpikir analitis dan memecahkan masalah kompleks, padahal keterampilan ini sangat penting dalam menghadapi tantangan di masa depan.

Kedua, ketergantungan ini dapat mempengaruhi kemampuan siswa untuk bekerja secara mandiri. Di dunia nyata, tidak semua masalah dapat diselesaikan hanya dengan mengetik pertanyaan di mesin pencari.

Mengatasi tantangan yang mungkin tidak dapat dipecahkan oleh AI memerlukan keterampilan berpikir kreatif dan solusi yang tepat.

Ketiga, dalam dunia kerja, ketergantungan berlebihan pada teknologi dapat menjadi hambatan. Banyak pekerjaan memerlukan pemikiran kritis dan kreatif lebih dari sekadar mengikuti instruksi dari perangkat.

Jika siswa terus mengandalkan AI, mereka mungkin kesulitan beradaptasi dengan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tersebut.

Mengurangi Ketergantungan pada AI

Untuk mengurangi ketergantungan ini, beberapa langkah dapat diambil.

Pertama, guru dan orang tua berperan penting dalam mendorong siswa berpikir lebih mandiri dan kritis.

Mereka dapat memberikan tugas yang mendorong siswa untuk memecahkan masalah tanpa bergantung pada teknologi.

Kedua, pengembangan soft skill seperti kemampuan memecahkan masalah, berkolaborasi, dan berkomunikasi perlu ditingkatkan di sekolah.

Soft skill ini penting agar siswa dapat mengembangkan kemampuan optimal dan tidak hanya mengandalkan AI untuk menyelesaikan tugas.

Ketiga, siswa perlu diajarkan tentang etika dan batasan penggunaan teknologi. AI harus bertindak sebagai alat, bukan pengganti keterampilan manusia.

Dengan pendekatan yang tepat, AI dapat menjadi alat yang bermanfaat dalam pendidikan tanpa mengurangi kemampuan berpikir kritis dan kreativitas siswa. Penting bagi pendidik dan orang tua untuk memastikan bahwa teknologi digunakan sebagai pendukung, bukan pengganti, proses pembelajaran

Add a comment Add a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post
Statistik Copywriting

30+ Data Statistik Copywriting: Bantu Tingkatkan Konversi

Next Post
Data Pengguna Sosial Media Indonesia 2024

Data Pengguna Sosial Media Indonesia 2024