Baik sukses atau content strategi yang gagal adalah asumsi yang sangat subjektif. Hal ini memiliki banyak sisi karena faktor yang berbeda-beda.
Beberapa faktor tersebut, seperti berdasarkan objektivitas audiens, dampak jangka panjang, perubahan tujuan, data interpretasi yang kompleks, elemen konten, dan faktor eksternal lainnya.
Kami cukup sering mendengar banyak keluhan dari pebisnis di luar sana yang tidak mendapatkan hasil apa-apa setelah mempublikasikan 12 hingga 20 konten blog setiap bulan, melakukan promosi besar-besaran di media sosial, dan menjalankan kampanye email marketing,
Hal ini bisa terjadi karena penerapan strategi konten tersebut memiliki banyak kekurangan, sehingga menyebabkan kegagalan dalam memperoleh hasil yang diharapkan.
Oleh karena itu, di sini, kami ingin sekali mengupas tuntas apa permasalahan yang mungkin menjadi penyebab dari kegagalan strategi konten Anda.
Penyebab Content Strategi yang Gagal
Semua pebisnis pasti ingin mencapai hasil sukses yang diharapkannya. Berbagai macam strategi dilakukan demi menghasilkan konten-konten yang disukai oleh target audiens, sehingga mereka semua berpotensi besar menjadi leads.
Konten berkualitas dan menarik tidak selalu menjadi parameter dari kesuksesan strategi konten Anda.
Ada beberapa penyebab yang menjadikannya gagal seperti di bawah ini.
1. Tidak Sesuai Target Audiens Anda
Penyebab content strategi yang gagal paling sering terjadi karena tidak sesuai dengan target audiens Anda.
Walaupun kami sudah bekerja sama dengan banyak perusahaan IT, kami melihat hal seperti ini sebagai masalah yang besar. Umumnya, mereka memiliki beberapa target audiens, seperti:
- Pemilik bisnis teknologi
- Pemilik bisnis non-teknologi
- Project Manager atau CTO
- Developer
Akan tetapi, sebagian besar perusahaan IT akan mengikuti tren yang dipilih oleh para kompetitor mereka, terlepas dari apa yang diinginkan oleh tim marketing mereka:
- Sebagian besar dari mereka ingin menjual Flutter development jika kompetitor mulai menjualnya.
- Apabila kompetitor mereka sudah mulai melakukannya, mereka ingin beralih ke penambahan staf yang khusus.
- Mereka baru ingin mulai menulis blog tentang hal-hal teknis jika kompetitor mereka sudah melakukannya juga.
Apakah hal tersebut salah? Tentu tidak! Bukan salah mereka jika ingin mengikuti tren terbaru di bidang industri IT.
Namun secara tidak sadar, justru dengan terlalu fokus mengikuti tren, mereka mencampuradukkan semua audiensnya.
Terlalu jauh dari target audiens memang bisa terjadi secara tidak sengaja, karena perubahan tujuan atau strategi bisnis, riset audiens yang tidak memadai atau ketinggalan zaman, perluasan basis pelanggan, kesalahan interpretasi data, perubahan dinamika industri, dan masih banyak lagi.
Namun, hal tersebut bisa mengakibatkan content strategi yang gagal karena konten tersebut tidak efektif untuk menarik perhatian orang yang tepat.
Kenapa?
- Anda membuat konten yang tidak relevan untuk target audiens.
- Membuang waktu, tenaga, bahkan budget.
- Tidak sesuai dengan pesan branding yang ingin disampaikan.
- Menurunkan conversion rate.
- Tidak bisa mengukur efektivitas dari konten strategi yang dilakukan.
Strategi konten yang sukses harus berfokus pada kebutuhan audiens yang ingin dituju, membangun hubungan yang kuat dengan mereka, dan pada akhirnya menghasilkan dampak yang nyata bagi bisnis.
2. Melupakan Tujuan dari Pembuatan Konten
Saat merencanakan topik konten, Anda harus pahami kenapa Anda ingin membuat konten tersebut.
Karena meskipun hanya dengan tujuan konten, Anda tidak bisa menentukan tingkat keberhasilannya.
Dengan tidak mengetahui tingkat keberhasilan tersebut, konten Anda menjadi tidak berguna dan tidak bermanfaat.
Content strategi yang gagal ini tentunya tidak akan menghasilkan apa-apa. Nah, supaya hal tersebut tidak terjadi kepada Anda, berikut adalah hal-hal yang perlu dihindari saat ingin membuat konten:
- Karena kompetitor sudah membahasnya.
- Karena ingin mendapatkan peringkat di Google.
- Karena ingin semua konten blog menghasilkan prospek penjualan yang memenuhi syarat (SQL).
- Karena berpikir topik tersebut akan berguna untuk audiens.
- Karena tim pemasaran ingin fokus ke topik tersebut.
- Karena tim penjualan ingin menargetkan daftar fitur untuk nantinya dipromosikan ke wilayah geografi tertentu.
Jadi, mana konten yang sebenarnya dibutuhkan audiens Anda? Pertimbangkan apa yang audiens Anda inginkan atau konsumsi untuk membeli atau menggunakan produk/jasa Anda.
Agar tidak menghasilkan content strategi yang gagal, Anda seharusnya membagi tujuan ke dalam dua hal ini:
- Apa yang pembaca inginkan dari konten Anda?
- Apa tujuan yang ingin dicapai saat mereka membaca konten Anda dan senang dengan isi pembahasannya?
Kami berharap hal tersebut sangat jelas untuk menghindari content strategi yang gagal.
3. Tidak Menentukan KPI dan Timeline di Setiap Konten
Baiklah, mungkin kita tahu tujuan dari membuat konten, namun bagaimana jika kita tidak paham cara mengukur, apakah tujuan dari konten tersebut akan terpenuhi atau malah tidak?
Tentu saja, hal tersebut akan hanya menjadi penyebab dari content strategi yang gagal. Beberapa poin penting yang umumnya ada di dalam konten plan adalah:
- Topik konten.
- Tipe konten.
- Target audiens.
- Tim yang dilibatkan.
- Waktu untuk menerbitkan konten.
- Data keyword.
- Jumlah kata.
- Elemen visual.
- Referensi.
Sementara itu, KPI konten bisa bervariasi tergantung dari tujuan konten dan strategi konten Anda secara keseluruhan.
Akan tetapi, sekedar mendefinisikan KPI saja sebenarnya tidak cukup, jadi Anda harus bisa memastikan KPI tersebut tercapai.
Izinkan kami berbagi apa saja yang mungkin terjadi pada content strategi yang gagal jika belum menetapkan KPI konten dan timeline untuk mencapainya:
Pembuatan Konten yang Tidak Terarah
Anda bisa menerbitkan konten blog tanpa KPI atau timeline yang jelas. Konten tersebut mencakup topik industri umum, namun tidak terkait dengan tujuan bisnis tertentu.
Akibatnya, konten tersebut tidak bisa menghasilkan trafik yang relevan atau berkontribusi menghasilkan lead.
Faktor Eksternal yang Tidak Efektif
Anda membuat video YouTube brand tanpa KPI.
Video tersebut mendapatkan jumlah penonton yang tinggi, namun tanpa KPI, itu hanya menjadi media yang tidak berpengaruh apa-apa terhadap brand awareness, mendorong keterlibatan audiens, dan meningkatkan penjualan.
Sehingga ini hanya akan menjadi content strategi yang gagal.
Melewatkan Peluang
Jika Anda bergerak di bisnis e-commerce atau D2C dan gagal menentukan KPI dan timeline untuk konten bertema liburan, Anda akan kehilangan peluang untuk memanfaatkan musim liburan tertentu untuk memaksimalkan penjualan.
Selain itu, tidak ada gunanya Anda membuat konten tentang promosi 10.10 di tanggal yang sudah lewat.
Performa yang Tidak Konsisten
Saat Anda membuat tulisan dengan tipe yang berbeda di blog tanpa adanya KPI dan timeline, beberapa mungkin akan memiliki performa yang baik.
Namun sebagiannya memiliki performa yang buruk, dan tidak ada dasar perbandingan atau peningkatan.
Performa yang tidak konsisten ini akan membuat sulit dan mengidentifikasi jenis konten apa yang paling berhasil. Sia-sia bukan? Hanya akan jadi content strategi yang gagal.
Kesulitan Beradaptasi
Anda ingin membuat konten baru tentang perilisan software terbaru di situs review software, namun tidak menentukan timeline yang tepat untuk menerbitkan konten tersebut.
Alhasil, Anda baru merilis konten di momen yang sudah jauh dari tanggal awal perilisan software tersebut.
Hasilnya? Kompetitor Anda sudah lebih dulu membuatnya dan mendapatkan peringkat dan trafik organik yang besar. Konten yang Anda buat tersebut hanya akan menjadi pajangan di blog Anda nantinya.
Untuk menghindari content strategi yang gagal, coba terapkan pendekatan terstruktur sehingga upaya konten yang dibuat memiliki tujuan, terukur, dan mudah beradaptasi.
Sehingga menghasilkan strategi konten yang lebih efektif dan menghasilkan hasil.
4. Terlalu Fokus Mengejar Lead atau Konversi Sebagai KPI
Kami baru saja menjelaskan bahwa KPI itu penting, namun semua KPI memang sangat penting, bukan hanya sekedar untuk mendapatkan lead atau konversi.
Akan tetapi, pemilik bisnis e-commerce umumnya memiliki timeline yang ketat untuk mencapai Annual Recurring Revenue (ARR) atau pendapatan tahunan berulang dan omzet tertentu.
Mereka akan meminta tim pemasaran untuk fokus pada strategi konten untuk menghasilkan prospek yang bagus.
Akan tetapi, ada beberapa alasan penting dari content strategi yang gagal jika Anda hanya berfokus dengan lead dan konversi:
Fokus yang Terlalu Menyempit
Mengandalkan lead atau konversi saja sebagai KPI justru malah menghasilkan fokus yang sempit di bagian akhir strategi penjualan. Meskipun hal ini penting, namun justru tidak berdampak besar pada alur konsumen Anda.
Konten harus mencakup beberapa tahapan menjadi untuk menjadi konsumen, seperti dari brand awareness menjadi pertimbangan dan melakukan pembelian.
Kami pernah mendapatkan pertanyaan dari seseorang yang berkecimpung dalam industri gaya hidup rumah di Amerika Serikat, dan mereka baru saja masuk ke pasar yang sangat kompetitif ini.
Kami menghabiskan waktu berhari-hari untuk membuat sebuah strategi untuk mereka, bagaimana cara mereka memperkenalkan brand, dan mereka hanya ingin fokus apakah strategi kami bisa menjual habis inventaris besar mereka dalam kurun waktu satu tahun.
Berada di industri B2C, satu hal yang perlu diketahui berdasarkan laporan dari Akeneo, 66% dari konsumen saat ini menghabiskan waktu banyak untuk melakukan riset pembelian mereka yang didasari karena krisis biaya hidup.
Jadi, ketika Anda tidak mempresentasikan setiap tahapan berdasarkan riset yang dilakukan calon konsumen, Anda akan kehilangan mereka selamanya.
Tidak Sesuai dengan Jenis Konten
Setiap konten yang berbeda pasti juga memiliki tujuan yang beragam di dalam strategi marketing.
Sebagai contoh, konten blog umumnya cocok digunakan untuk membangun awareness, sementara dokumen resmi yang mendalam akan lebih efektif untuk mendapatkan prospek di industri B2B.
Apabila mendapatkan lead merupakan satu-satunya KPI Anda, maka strategi tersebut mungkin tidak memanfaatkan peluang besar dari beragam jenis konten.
Dengan kata lain, walaupun fokus utama Anda adalah mendatangkan lebih banyak trafik untuk mendownload ebook atau dokumen asli perusahaan, Anda tetap memerlukan beberapa jenis konten di bawah ini untuk mengoptimasinya:
- Landing page untuk memotivasi pengunjung mendownload.
- Konten blog untuk memperkenalkan topik yang ada di dalam dokumen asli dan link yang mengarah ke landing page.
- Email konten untuk mempromosikan dokumen asli bisnis Anda kepaa orang-orang yang berlangganan email marketing, dan mengarahkan mereka ke landing page.
- Konten media sosial untuk menonjolkan kelebihan dan manfaat dari dokumen yang sudah dibuat dan mendorong para pengikut untuk mengaksesnya.
- Guest post untuk menjangkau target audiens yang lebih luas.
- Copywriting untuk melakukan kampanye iklan berbayar, seperti pay-per-click (PPC) atau iklan media sosial untuk mendatangkan trafik ke landing page atau dokumen asli perusahaan.
Tidak penting jenis konten apa yang digunakan untuk menghasilkan lead dan konversi, Anda perlu mengoptimasinya menggunakan jenis konten lainnya untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
5. Tidak Berfokus pada Pengalaman Konten
Anda pasti sudah sangat sering membaca artikel yang menjelaskan bahwa pengalaman pengguna sangat penting dalam strategi marketing. Namun, bagaimana dengan pengalaman konten?
Pengalaman konten merujuk tentang bagaimana pengguna melakukan interaksi dan memahami konten di berbagai platform digital, seperti situs web, aplikasi mobile, media sosial, dan saluran digital lainnya.
Hal ini meliputi impresi secara keseluruhan, keterlibatan, dan kepuasan pengguna terhadap konten yang disajikan.
Selain itu, berbagai elemen, termasuk desain, kegunaan, interaktivitas, dan kualitas konten itu sendirilah yang akan membentuk pengalaman konten.
Secara sederhana, pengalaman konten tidak hanya tentang memenuhi ekspektasi pengguna terhadap konten, namun juga:
Relevansi
Pembaca harus termotivasi untuk melakukan interaksi dengan konten Anda jika mereka merasa konten tersebut relevan dan sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.
Kualitas
Pembaca ingin mengkonsumsi konten yang akurat, menyajikan informasi sesuai riset dan fakta, dan dibuat sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.
Konsistensi
Pembaca ingin Anda menyajikan konten-konten yang berkualitas secara konsisten sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka. Untuk menghindari content strategi yang gagal, Anda perlu memperhatikan konsistensi dalam menyajikan konten-konten blog.
Kejelasan
Pembaca lebih menyukai konten yang mudah dipahami, menggunakan bahasa yang sederhana, penggunaan layout yang menarik, dan penjelasan yang singkat.
Supaya terhindar dari content strategi yang gagal, Anda perlu menekankan kejelasan dari informasi yang disampaikan.
Ketertarikan
Buat konten-konten cerita atau tambahkan elemen media seperti video atau gambar, hal ini dapat meningkatkan ketertarikan pembaca untuk mengetahui lebih lanjut informasi yang ada di website atau blog Anda.
Kepercayaan
Pembaca harus bisa mempercayai sumber yang mereka temui. Sumber yang transparan, argumen berdasarkan bukti, dan pesan brand yang konsisten akan sangat berpengaruh terhadap kepercayaan mereka.
Hubungan Emosi
Pembaca menginginkan konten yang bisa menghubungkan mereka secara emosional. Membuat konten cerita yang relevan, empati, dan menarik secara emosional dapat memenuhi keinginan mereka.
Menjadi Solusi untuk Memecahkan Masalah
Yang terakhir, pembaca menginginkan konten yang bisa menjelaskan masalah mereka.
Hal ini bisa diraih dengan menghadirkan solusi dan saran yang sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi pembaca.
Jadi, apabila Anda tidak yakin bahwa setiap konten yang dibuat berdasarkan strategi yang dapat memenuhi keinginan pembaca, konten tersebut justru tidak akan berkontribusi menghasilkan marketing yang sukses. Benar, semuanya hanya akan menjadi content strategi yang gagal.
Akhir Kata
Baiklah, kita sudah membahas cukup mendalam tentang 5 penyebab content strategi yang gagal.
Membuat konten seperti artikel blog mungkin memang terlihat sangat mudah, apalagi semenjak kemunculan ChatGPT yang bisa menghasilkan ratusan konten setiap harinya.
Akan tetapi, Anda hanya mengutamakan kuantitas dibanding kualitas yang bisa menarik perhatian dan meningkatkan kepercayaan pembaca.
Demi menghindari content strategi yang gagal, jasa penulis artikel SEO kami sampai rela berhari-hari melakukan riset, demi bisa menghasilkan konten yang relevan dengan target audiens klien kami.
Kami juga bertanggung jawab membuatkan konten berbentuk cerita yang bisa meningkatkan hubungan emosi dengan pembaca.
Beruntungnya, konten-konten yang kami kerjakan membawa dampak positif, tidak hanya bagi bisnis, namun juga bagi para pembaca.